Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002:14).
Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal.
Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok.
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya: siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis; anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi; jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin; sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:
a) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b) Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
c) Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
d) Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
Model pembelajaran kooperatif tidak terlepas dari kelemahan di samping kekuatan yang ada padanya. Kelemahan tersebut antara lain terkait dengan kesiapan guru dan siswa untuk terlibat dalam suatu strategi pembelajaran yang memang berbeda dengan pembelajaran yang selama ini diterapkan. Guru dapat secara berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut. Ketidaksiapan guru untuk mengelola pembelajaran demikian dapat diatasi dengan cara pemberian pelatihan yang kemudian disertai dengan kemauan yang kuat untuk mencobakannya.
Sementara itu, ketidaksiapan siswa dapat diatasi dengan cara menyediakan panduan yang memuat cara kerja yang jelas, petunjuk tentang sumber yang dapat dieksplorasi, serta deskripsi tentang hasil akhir yang diharapkan, sistem evaluasi, dsb.
Kendala lain adalah waktu. Strategi pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang cukup panjang dan fleksibel, meskipun untuk topik-topik tertentu waktu yang diperlukan mungkin cukup dua kali tatap muka ditambah dengan kegiatan-kegiatan di luar jam pelajaran.
1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah khas di antara model-model pembelajaran karena menggunakan suatu struktur tugas dan penghargaan yang berbeda untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Struktur tugas memaksa siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Sistem penghargaan mengakui usaha bersama, sama baiknya seperti usaha individual.
Model pembelajaran kooperatif berkembang dari kebiasaan pendidikan yang menekankan pada pemikiran demokratis dan latihan atau praktek, pembelajaran aktif, lingkungan pembelajaran yang kooperatif dan menghormati adanya perbedaan budaya masyarakat yang bermacam-macam.
Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar terdapat efek (pengaruh) di luar pembelajaran akademik, khususnya peningkatan penerimaan antarkelompok serta keterampilan sosial dan keterampilan kelompok.
Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kerja kelompok kecil, berlawanan dengan pembelajaran klasikal (satu kelas penuh), dan terdiri 6 (enam) tahapan pokok: menentukan tujuan dan pengaturan, memberi informasi kepada siswa melalui presentasi atau teks, menyusun siswa dalam kelompok belajar, menentukan kelompok dan membantu kelompok belajar, menguji atau melakukan tes untuk mengetahui keberhasilan dari tugas-tugas kelompok, penghargaan baik terhadap prestasi individu maupun kelompok.
Diperlukan lingkungan pembelajaran yang kooperatif dari pada kompetitif dalam hal tugas-tugas dan penghargaan.
Dasar-dasar teoretis dan empiris mendukung penggunaan model pembelajaran kooperatif untuk tujuan pendidikan berikut: mendapatkan tingkah laku kooperatif, hasil kerja teoreitis dan memperbaiki hubungan-hubungan yang tidak harmonis.
Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Perencanaan tugas berkaitan dengan pembelajaran kooperatif, yang me-nekankan pada pengorganisasian siswa untuk kelompok kerja kecil, dan menggunakan materi pembelajaran yang beragam untuk digunakan selama kelompok-kelompok kerja (kelompok belajar) berlangsung.
Empat variasi dari pendekatan dasar dalam pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah: Kelompok belajar siswa ( STAD ), JIGSAW, GI, dan Pendekatan Struktural. Tak peduli pendekatannya, pembelajaran kooperatif dicirikan dengan kerja siswa dalam kelompok kecil, dan berorientasi pada adanya penghargaan kelompok.
Memimpin pembelajaran kooperatif mengubah peranan guru dari sebagai pusat pembicara atau pembicara utama menjadi choreographer dalam aktivitas kelompok kecil. Kelompok kerja kecil menimbulkan suatu tantangan pengelolaan bagi guru. Guru harus membantu siswa melakukan transisi di dalam kelompok kecil mereka, mengatur kelompok kerja mereka, dan mengajarkan keterampilan penting, yakni keterampilan sosial dan keterampilan kelompok.
Assesmen atau tugas-tugas evaluasi menggantikan pendekatan tradisional kompetitif dalam model pembelajaran lain dengan penghargaan individual dan kelompok. Cara-cara lain (seperti surat berita, presentasi kelompok) perlu ada sebagai penghargaan dan penyelesaian kooperatif siswa.
Contoh Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Fisika
Pembelajaran kooperatif diberikan untuk dapat menjelaskan konsep-konsep fisika yang sulit dimengerti siswa dan juga sangat berguna menumbuhkan kemampuan kerjasama, berfikir kritis, kemampuan membantu teman dan sebagainya.
Rencana pembelajaran kooperatif meliputi, rangkuman materi pembelajaran, tujuan pembelajaran yang diharapkan dari siswa, pendekatan yang digunakan, keterampilan siswa yang diperlukan, dan langkah-langkah pembelajaran